Rabu, 11 Februari 2015



TUGAS ILMU
 KESEHATAN MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
( DEMAM  TIFOID )
 








Nama Anggota Kelompok:
1. Anggayuh Ferdian P
                                           2. Devi Puji Rahayu
                                           3. Gestina Alfa N.F
                                           4. Megi Fiftri Masitoch
                                           5. Rahayu Sintia Asih
                                           Kelas : X Farmasi B

SMK MUHAMMADIYAH 03 PURBALINGGA
Tahun Pelajaran 2014/2015



Demam Tifoid

A.       Definisi Demam Tifoid
Demam tifoid, disebut tifus abdominalis, adalah penyakit demam menular dengan gejala berat pada sistem pencernaan dalam tahap kedua penyakit. Penyakit ini berlangsung beberapa minggu dan pemulihan membutuhkan waktu lama.
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi enteritica serovar/ Salmonella typhi yang menular dari manusia ke manusia melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi. Ketika bakteri melewati bagian bawah usus besar, mereka menembus melalui mukosa usus ke jaringan di bawahnya. Jika sistem kekebalan tubuh tidak dapat menghentikan infeksi di sini, bakteri akan berkembang biak dan kemudian menyebar ke aliran darah, setelah itu tanda-tanda pertama dari penyakit diamati dalam bentuk demam. Bakteri kemudian menembus lebih lanjut ke sumsum tulang, hati dan empedu, dari mana bakteri diekskresikan ke dalam isi usus. Pada tahap kedua penyakit, bakteri menembus jaringan kekebalan tubuh dari usus kecil, dan gejala kerusakan usus kecil dimulai.
Demam paratifoid disebabkan oleh Salmonella paratyphi, penyakit yang mirip dan umumnya lebih ringan.

B.     Penyebab
Penyebabnya adalah kuman yang namanya : Salmonella typhi  dan ada  lagi satu saudaranya yaitu Salmonella Paratyphi.
C.   Cara penularan
Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut. Manusia dalam keadaan terinfeksi bakteri ini dapat menularkan melalui feses yang mengandung bakteri dengan konsentrasi yang tinggi. Jika feses tersebut mengenai sumber air maka manusia yang mengkonsumsi air tersebut akan terinfeksi. S. typhi mampu bertahan dalam selokan yang kering atau dalam air selama berminggu-minggu. Penting dipahami bahwa justru manusia pembawa bakteri yang tidak memiliki gejala terkadang menjadi sumber penularan penyakit ini dan menjadi sumber pandemi. Kuman ini masuk kebadan kita dengan cara melalui makanan  atau minuman yang tercemar dan tertelan masuk kedalam lambung  dan seterusnya kuman masuk kedalam usus dan berkembang biak di  sana  dan mulailah ia akan menimbulkan gejalanya. Sebenarnya kuman ini dapat menyebar ke hati ,paru-paru bahkan dapat sampai ke Otak. Masa inkubasi berlangsung 1-2 minggu dan masa sakit biasanya antara 4-6 minggu.
D.   Tanda dan Gejala klinis
Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
Manifestasi Klinis beerdasarkan rentang waktu
  • Minggu I
Gejala mirip gejala akut infeksi seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, dan muntah, konstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, epistaxis (mimisan).
  • Minggu II
Demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (putih), hematomegali (pembesaran hati), splenomegali, gangguan kesadaran seperti somnolen, koma.
E.    Pencegahan
Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi.
Pada saat ini telah ada di pasaran berbagai vaksin untuk pencegahan demam tifoid. Vaksin chotypa dari kuman dimatikan (whole cell) tidak digunakan lagi karena efek samping yang terlalu berat dan daya lindungnya pendek.
Dua vaksin yang aman dan efektif telah mendapat lisensi dan sudah ada di pasaran.
  • Vaksin berdasar subunit antigen tertentu, mengandung Vi polisakarida, diberikan cukup sekali, subcutan atau intramuskular. Diberikan mulai usia > 2 tahun. Re-imunisasi tiap 3 tahun. Kadar protektif bila mempunyai antibodi anti-Vi 1 g/ml.
  • Vaksin berdasar bakteri (whole cell) hidup dilemahkan. Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara oral, bentuk kapsul enterocoated atau sirup. Diberikan 3 dosis, selang sehari pada perut kosong. Untuk anak usia ≥ 5 tahun.
  • Reimunisasi tiap tahun. Tidak boleh diberi antibiotik selama kurun waktu 1minggu sebelum sampai 1 minggu sesudah imunisasi.
Pencegahan umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah).
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan.

  • Tanamkan kebiasaan hidup bersih pada anak dan pengasuhnya. Jangan pernah lelah atau menyerah untuk memberi penjelasan, contoh nyata, maupun saat mengawasi pelaksanaannya.
  • Gunakan air yang mengalir dari kran untuk mencuci tangan, bukan dari ember atau bak penampung yang jarang dikuras dan dicuci. Begitu juga untuk mencuci bahan makanan, alat masak maupun perlengkapan makan. Untuk mencuci lalap mentah dan buah segar, sebaiknya gunakan air matang.
  • Bila mungkin, sediakan sabun untuk masing-masing anggota keluarga. Usahakan pula sumber air bersih sebaiknya terpisah minimal 10 meter dari septic-tank.
  • Saat merawat penderita, baik di rumah maupun RS, harus lebih seksama dan ekstra hati-hati kala membersihkan tubuhnya maupun benda-benda perlengkapannya, terutama yang mungkin tercemar tinjanya. Jangan lupa, selalu mencuci bersih-bersih tangan dengan sabun atau cairan antiseptik setelah mencebokinya.
  • Jangan pernah ijinkan anak duduk atau main-main di lantai kamar mandi, karena sisa kotoran yang mungkin tercecer di lantai kamar mandi dapat menularkan penyakit. Meski tak ada penderita, sering-seringlah membersihkan lantai kamar mandi dengan banyak air dan cairan antiseptik; apalagi bila telah digunakan penderita.
  • Ajarkan cara cebok yang baik dan benar pada anak yang sudah agak besar maupun pengasuhnya. Begitu pula cara menyiram WC dan lantai kamar mandi.
  • Selalu cuci tangan dengan sabun setiap kali bersentuhan dengan penderita.
F.    Pengobatan
Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.
  • Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diberi
  • ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau
  • amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari, atau
  • kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
  • Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
G.   Terapi non farmakologi
Dalam keadaan yang ringan seperti awal penyakit timbul atau belum terjadi komplikasi biasanya penyakit tifus dapat dilakukan rawat jalan tetapi dengan perhatian khusus
  • Pisahkan anak penderita demam tifoid dari saudara-saudaranya untuk menghindari penularan. Bahkan bila ibu menemani, tidak disarankan untuk tidur bersama dengan anak yang sakit. Sebaiknya tempatkan anak yang sakit di kamar tersendiri, tentunya dengan perhatian penuh dari kedua orang tua untuk menghindari perasaan terisolir/kesepian pada anak tersebut.
  • Upayakan beristirahat total di tempat tidur sampai demamnya turun. Demam bisa berlangsung selama dua minggu. Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali. Jelaskan pada anak bahwa untuk mandi, buang air besar dan kecil harus meminta pertolongan kepada ibu atau orang dewasa lainnya yang ada di rumah.
  • Orang tua perlu mengukur suhu tubuh anak dan mencatatnya. Catatan suhu tubuh ini sangat penting untuk dikonsultasikan ke dokter dan bila ada peningkatan suhu tubuh yang tinggi.
  • Ingatkan kepada siapa saja yang membantu untuk selalu mencuci tangan dengan desinfektan sebelum dan sesudah kontak dengan anak yang sakit.
  • Biasanya dokter memberikan obat yang sudah diperhitungkan sampai suhu tubuh turun. Jika obat hampir habis, sementara suhu tubuh makin tinggi, konsultasikanlah ke pelayanan medis atau dokter karena mungkin membutuhkan perawatan yang lebih intensif di rumah sakit.
  • Untuk membantu mempercepat penurunan suhu tubuh, upayakan agar anak banyak minum air putih, dikompres dengan air hangat, dan jangan menutupinya dengan selimut agar penguapan suhu lebih lancer.
  • Berikan makanan yang mengandung banyak cairan dan bergizi seperti sop dan sari buah, juga makanan lunak, seperti bubur.
  • Pembuangan feses dan urine harus dipastikan dibuang ke dalam WC dan disiram dengan air sebanyak-banyaknya. WC dan sekitarnya pun harus bersih agar tidak ada lalat yang akan membawa kuman ke mana-mana. Bila anak menggunakan pot atau urinal untuk BAK dan BAB, jangan lupa untuk merendamnya dengan cairan desinfektan setelah dipakai.
  • Rendam pakaian anak dengan desinfektan sebelum dicuci, dan jangan mencampurnya dengan pakaian yang lain.