TUGAS ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
( DEMAM TIFOID )
Nama Anggota Kelompok:
1. Anggayuh Ferdian P
2.
Devi Puji Rahayu
3.
Gestina Alfa N.F
4.
Megi Fiftri Masitoch
5.
Rahayu Sintia Asih
Kelas
: X Farmasi B
SMK MUHAMMADIYAH
03 PURBALINGGA
Tahun Pelajaran
2014/2015
Demam Tifoid
A. Definisi Demam Tifoid
Demam tifoid, disebut tifus abdominalis, adalah penyakit demam menular
dengan gejala berat pada sistem pencernaan dalam tahap kedua penyakit. Penyakit
ini berlangsung beberapa minggu dan pemulihan membutuhkan waktu lama.
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi enteritica
serovar/ Salmonella typhi yang menular dari manusia ke manusia melalui
makanan atau air minum yang terkontaminasi. Ketika bakteri melewati bagian bawah
usus besar, mereka menembus melalui mukosa usus ke jaringan di bawahnya. Jika
sistem kekebalan tubuh tidak dapat menghentikan infeksi di sini, bakteri akan
berkembang biak dan kemudian menyebar ke aliran darah, setelah itu tanda-tanda
pertama dari penyakit diamati dalam bentuk demam. Bakteri kemudian menembus
lebih lanjut ke sumsum tulang, hati dan empedu, dari mana bakteri diekskresikan
ke dalam isi usus. Pada tahap kedua penyakit, bakteri menembus jaringan
kekebalan tubuh dari usus kecil, dan gejala kerusakan usus kecil dimulai.
Demam paratifoid disebabkan oleh Salmonella
paratyphi, penyakit yang mirip dan umumnya lebih ringan.
B.
Penyebab
Penyebabnya
adalah kuman yang namanya : Salmonella typhi dan ada lagi satu
saudaranya yaitu Salmonella Paratyphi.
C. Cara penularan
Penyakit
ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
bakteri tersebut. Manusia dalam keadaan terinfeksi bakteri ini dapat menularkan
melalui feses yang mengandung bakteri dengan konsentrasi yang tinggi. Jika
feses tersebut mengenai sumber air maka manusia yang mengkonsumsi air tersebut
akan terinfeksi. S. typhi mampu bertahan dalam selokan yang kering atau dalam
air selama berminggu-minggu. Penting dipahami bahwa justru manusia pembawa
bakteri yang tidak memiliki gejala terkadang menjadi sumber penularan penyakit
ini dan menjadi sumber pandemi. Kuman ini masuk kebadan kita dengan cara
melalui makanan atau minuman yang tercemar dan tertelan masuk kedalam
lambung dan seterusnya kuman masuk kedalam usus dan berkembang biak
di sana dan mulailah ia akan menimbulkan gejalanya. Sebenarnya
kuman ini dapat menyebar ke hati ,paru-paru bahkan dapat sampai ke Otak. Masa
inkubasi berlangsung 1-2 minggu dan masa sakit biasanya antara 4-6 minggu.
D.
Tanda dan Gejala
klinis
Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak
khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat
dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit
Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan
susunan saraf pusat.
Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai
dengan sumer yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas
tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
Gejala gstrointestinal dapat berupa
obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan
lidah kotor tepi hiperemi.
Gejalah saraf sentral berupa delirium,
apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
Manifestasi Klinis beerdasarkan rentang
waktu
Gejala mirip gejala akut infeksi seperti
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, dan muntah,
konstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, epistaxis (mimisan).
Demam, bradikardi relatif, lidah tifoid
(putih), hematomegali (pembesaran hati), splenomegali, gangguan kesadaran
seperti somnolen, koma.
E.
Pencegahan
Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui
berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi.
Pada saat ini telah ada di pasaran
berbagai vaksin untuk pencegahan demam tifoid. Vaksin chotypa dari kuman
dimatikan (whole cell) tidak digunakan lagi karena efek samping yang terlalu
berat dan daya lindungnya pendek.
Dua vaksin yang aman dan efektif telah
mendapat lisensi dan sudah ada di pasaran.
- Vaksin berdasar subunit antigen
tertentu, mengandung Vi polisakarida, diberikan cukup sekali, subcutan
atau intramuskular. Diberikan mulai usia > 2 tahun. Re-imunisasi tiap 3
tahun. Kadar protektif bila mempunyai antibodi anti-Vi 1 g/ml.
- Vaksin berdasar bakteri (whole
cell) hidup dilemahkan. Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara
oral, bentuk kapsul enterocoated atau sirup. Diberikan 3 dosis, selang
sehari pada perut kosong. Untuk anak usia ≥ 5 tahun.
- Reimunisasi tiap tahun. Tidak
boleh diberi antibiotik selama kurun waktu 1minggu sebelum sampai 1 minggu
sesudah imunisasi.
Pencegahan umum antara lain adalah
peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja
dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan
pengelolaan sampah).
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa
yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.
Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual
(keliling) minuman/makanan.
- Tanamkan kebiasaan hidup bersih
pada anak dan pengasuhnya. Jangan pernah lelah atau menyerah untuk memberi
penjelasan, contoh nyata, maupun saat mengawasi pelaksanaannya.
- Gunakan air yang mengalir dari
kran untuk mencuci tangan, bukan dari ember atau bak penampung yang jarang
dikuras dan dicuci. Begitu juga untuk mencuci bahan makanan, alat masak
maupun perlengkapan makan. Untuk mencuci lalap mentah dan buah segar,
sebaiknya gunakan air matang.
- Bila mungkin, sediakan sabun
untuk masing-masing anggota keluarga. Usahakan pula sumber air bersih
sebaiknya terpisah minimal 10 meter dari septic-tank.
- Saat merawat penderita, baik di
rumah maupun RS, harus lebih seksama dan ekstra hati-hati kala
membersihkan tubuhnya maupun benda-benda perlengkapannya, terutama yang
mungkin tercemar tinjanya. Jangan lupa, selalu mencuci bersih-bersih
tangan dengan sabun atau cairan antiseptik setelah mencebokinya.
- Jangan pernah ijinkan anak
duduk atau main-main di lantai kamar mandi, karena sisa kotoran yang
mungkin tercecer di lantai kamar mandi dapat menularkan penyakit. Meski
tak ada penderita, sering-seringlah membersihkan lantai kamar mandi dengan
banyak air dan cairan antiseptik; apalagi bila telah digunakan penderita.
- Ajarkan cara cebok yang baik
dan benar pada anak yang sudah agak besar maupun pengasuhnya. Begitu pula
cara menyiram WC dan lantai kamar mandi.
- Selalu cuci tangan dengan sabun
setiap kali bersentuhan dengan penderita.
F.
Pengobatan
Obat-obat pilihan pertama adalah
kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau kotrimoksasol. Obat pilihan kedua
adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem,
azithromisin dan fluorokuinolon.
- Kloramfenikol diberikan dengan
dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau
intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian
kloramfenikol , diberi
- ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum
dapat minum obat, selama 21 hari, atau
- amoksisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21
hari, atau
- kotrimoksasol dengan dosis
(tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
- Pada kasus berat, dapat diberi
seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau
80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus
yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
G.
Terapi non farmakologi
Dalam keadaan yang ringan seperti awal
penyakit timbul atau belum terjadi komplikasi biasanya penyakit tifus dapat
dilakukan rawat jalan tetapi dengan perhatian khusus
- Pisahkan anak penderita demam
tifoid dari saudara-saudaranya untuk menghindari penularan. Bahkan bila
ibu menemani, tidak disarankan untuk tidur bersama dengan anak yang sakit.
Sebaiknya tempatkan anak yang sakit di kamar tersendiri, tentunya dengan
perhatian penuh dari kedua orang tua untuk menghindari perasaan
terisolir/kesepian pada anak tersebut.
- Upayakan beristirahat total di
tempat tidur sampai demamnya turun. Demam bisa berlangsung selama dua
minggu. Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal
kembali. Jelaskan pada anak bahwa untuk mandi, buang air besar dan kecil
harus meminta pertolongan kepada ibu atau orang dewasa lainnya yang ada di
rumah.
- Orang tua perlu mengukur suhu
tubuh anak dan mencatatnya. Catatan suhu tubuh ini sangat penting untuk
dikonsultasikan ke dokter dan bila ada peningkatan suhu tubuh yang tinggi.
- Ingatkan kepada siapa saja yang
membantu untuk selalu mencuci tangan dengan desinfektan sebelum dan
sesudah kontak dengan anak yang sakit.
- Biasanya dokter memberikan obat
yang sudah diperhitungkan sampai suhu tubuh turun. Jika obat hampir habis,
sementara suhu tubuh makin tinggi, konsultasikanlah ke pelayanan medis
atau dokter karena mungkin membutuhkan perawatan yang lebih intensif di
rumah sakit.
- Untuk membantu mempercepat
penurunan suhu tubuh, upayakan agar anak banyak minum air putih, dikompres
dengan air hangat, dan jangan menutupinya dengan selimut agar penguapan
suhu lebih lancer.
- Berikan makanan yang mengandung
banyak cairan dan bergizi seperti sop dan sari buah, juga makanan lunak,
seperti bubur.
- Pembuangan feses dan urine
harus dipastikan dibuang ke dalam WC dan disiram dengan air
sebanyak-banyaknya. WC dan sekitarnya pun harus bersih agar tidak ada
lalat yang akan membawa kuman ke mana-mana. Bila anak menggunakan pot atau
urinal untuk BAK dan BAB, jangan lupa untuk merendamnya dengan cairan
desinfektan setelah dipakai.
- Rendam pakaian anak dengan
desinfektan sebelum dicuci, dan jangan mencampurnya dengan pakaian yang
lain.